Obrolanku dengan temanku sore itu memberikan pemahaman baru pada diriku. Yang selama ini sangat terobsesi dengan kata kaya. Kaya yang dimaknai memiliki uang, rumah, mobil. Ya. kaya dalam segi materi. Lalu untuk mencapai itu aku mulai mencari cara apa yang harus kulakukan.

Sampailah pada sebuah buku yang sangat mengupas habis tentang kekayaan. Bahwa 9 dari 10 jalan menuju kaya adalah dengan berdagang. Lalu aku mulai memberanikan diri memulainya juga. Berdagang. Tapi belum ada yang berhasil juga.

Hingga obrolan sore itu terjadi. Aku menemukan kata yang menarik dari temanku. "Aktivitas dan uang". Jika aku suka uangnya maka aku akan memilih berdagang. Menjadi pengusaha. Tapi aku lebih suka aktivitasnya. Dan berdagang itu, aku tak menyukai aktivitasnya. Aku lebih menyukai aktivitas lain. setiap kali aku ditawari pekerjaan, aku lebih mempertimbangkan aktivitasnya daripada uangnya. Itu kata temanku.

Aku juga menemukan kutipan yang ku tulis dalam catatan ketika membaca sebuah buku beberapa waktu yang lalu. “Asyik dengan alasan mengapa ia memerlukan lebih banyak uang bukannya asyik dengan cara menghasilkan uang”. Kutipan tersebut juga secara tidak langsung mengajarkan kita untuk fokus pada akitivitasnya kan?

Pada akhirnya uang adalah bonus dari aktivitas yang kita lakukan. Hukum sebab akibat berlaku juga disini. Sebabnya adalah aktivitas. Akibatnya adalah mendapatkan uang. Tambahan lagi. Terdapat kalimat dari buku lain yang ku baca bahwa “kaya adalah tentang merasa cukup”.

Juga yang harus diketahui untuk umat islam adalah kita diciptakan Allah sebagai umat yang berkecukupan atau kaya raya. Tidak ada yang ditakdirkan miskin oleh Allah. Untuk pembahasan ini silakan merujuk pada penjelasan ulama-ulama masyhur. Saya mendapatkan pemahaman ini setelah membaca buku yang ditulis oleh Ippho Santosa dan mendengarkan ceramah di Youtube channel Ustadz Khalid Basalamah.

Kemudian pembahasan ini berlanjut pada kepuasan batin atau ketenangan batin yang didapatkan ketika menjalani aktivitas itu. Perlu diingat dengan jelas bahwa pembahasan ini tidak mendikotomikan tentang kaya dan cukup. Tapi lebih kepada aktivitas yang kita lakukan. Aktivitas yang memberikan kita kepuasan batin.

Seorang marketer tentu merasa puas ketika penjualannya mencapai target. Seorang guru akan merasa puas ketika sedang mengajar di kelas. Belajar bersama muridnya. Seorang penulis akan merasa puas ketika tulisannya selesai. Ketika mendapatkan ide untuk tulisan barunya.

Jika ada yang menekankan untuk berdagang. Jadilah marketer untuk menjadi kaya. Itu benar. Dan menurut saya, itu belum selesai. Kita harus bertanya pada diri sendiri dan jujur dalam menjawabnya. Apa yang akan menjadikan saya merasa puas dalam menjalaninya? Ketika mendapatkan uang atau ketika menjalani aktivitas yang akan menghasilkan uang itu sendiri?

Setelah mendapatkan jawabannya. Maka tekunilah ia. Yakinlah.

Kepuasan batin atau ketenangan batin akan membawa pada pencapaian yang maksimal. Dengannya, kita mengenal Tuhan kita. Allah. Bukankan kita ingin jiwa kita berpulang dalam keadaan tenang? 



SUMBER GAMBAR : http://cyrano.blog.lemonde.fr/files/2008/09/caspar_david_friedrich_032.1221087067.jpg